Tari Kipas Pakarena Sulawesi
Telepon / SMS/ : 085950794215 (Setya)
WA Only: 085648120028
Tari Kipas Pakarena adalah sebuah tarian yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Kata pakarena sendiri berasal dari bahasa setempat yakni karena yang berarti main. Masyarakat Gowa sendiri adalah masyarakat yang tinggal di daerah bekas kekuasaan kerajaan Gowa. Kerajaan gowa berdiri sekitar abad ke 16 dan mencapai masa kejayaan di abad ke-18. Seluruh bagian Sulawesi Selatan merupakan wilayah kekuasaan kerajaan gowa sehingga masyarakat asli yang tinggal di daerah tersebut dikenal dengan masyarakat Gowa. Tari Kipas Pakarena salah satu bukti kekuatan tradisi masyarakat Gowa yang masih dipercaya dan dipertahankan sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.Tari ini mencerminkan ekspresi kelembutan,kesantunan, kesetiaan, kepatuhan dan sikap hormat perempuan Gowa terhadap laki-laki. Setiap pola gerakan dalam tarian pakarena memiliki makna tersendiri. Tarian ini diawali dan diakhiri dengan posisi duduk sebagai tanda hormat dan santun. Pola gerakan memutar bermakna siklus kehidupan manusia yang selalu berputar,gerakan memutar dilakukan searah jarum jam. Lalu gerakan naik turun melambangkan kehidupan manusia yang kadang berada di bawah dan kadang di atas,gerakan ini mengingatkan akan pentingnya kesabaran dan keasadaran manusia dalam mengahadapi kehidupan.
Tarian ini diiringi kelompok musik yang dikenal dengan nama gondrong rinci. Kelompok ini beranggotakan 7 orang pemain musik yang semuanya adalah kaum pria. Tugas dari kelompok musik ini adalah mengiringi para penari dengan tabuhan gandrang sebagai pengatur irama musik dan juga memainkan alat musik tiup berupa seruling. Selain itu kelompok pengiring ini juga harus memainkan alat musik sambil melakukan gerakan, terutama gerakan kepala. Setiap hentakan dari tabuhan gandrang dari pengiring musik melambangkan watak lelaki Gowa yang keras. Keunikan lain dari tarian ini adalah aturan bagi para penari dalam memainkan tarian ini,penari tidak diperkenankan membuka mata terlalu lebar dan mengangkat kaki terlalu tinggi, hal ini dikarenakan aspek kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian ini,para penari dituntut memiliki kondisi fisik yang prima karena durasi tarian bisa mencapai dua jam dengan gerakan-gerakan yang dinamis.Namun menyesuaikan dengan zaman untuk kepentingan panggung durasi tarian ini menjadi 5 menit.
Masyarakat Gowa percaya bahwa Tarian Kipas Pakarena berasal dari kisah perpisahan antara penghuni negeri kahyangan (boting langi) dengan penghuni bumi (lino) di zaman dahulu. Sebelum berpisah, penghuni boting langi mengajarkan penghuni bumi cara menjalani hidup dengan bercocok tanam,berburu dan beternak melalui gerakan-gerakan badan dan kaki. Gerakan-gerakan ini kemudian digunakan penghuni lino untuk mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting langi.
Tari Kipas Pakarena biasa dipenaskan di acara adat . Namun masyarakat Gowa tidak menganggap tarian ini hanya sebagai hiburan saja tapi juga sebagai wujud rasa syukur yang dilambangkan dengan setiap gerakan yang estetik.
Telepon / SMS/ : 085950794215 (Setya)
WA Only: 085648120028